Reagen Kimia

Banyak cara untuk membuat reagen kimia, secara konvensional maupun yang telah menggunakan instrumentasi. Tetapi, bukan berarti cara-cara konvensional menjadi satu hal yang telah keringgalan zaman. Cara-cara instrumentasi masih tetap mengacu kepada era konvensional. Buku dihadapan pembaca ini, ditulis untuk memberikan wawasan pengetahun dan komplementer untuk para pengguna laboratorium dan individu yang aktif dalam praktikum atau penelitian terutama yang sangat erat hubungannya dengan reagen kimia, cara membuat, pembakuan, dan penyimpanannya. Langkah mudah penggunaan buku, informasi yang diperlukan tersaji sebagai penambah Knowlwdge (Wawasan) yang menjadi basis sifat kuantitas dari sediaan. Berikut beberapa cara pembuatan reagen kimia beserta penggunaan di laboratorium, silakan klik disini untuk bisa membacanya.

fenomena hujan asam

Hujan Asam, ya merupakan salah satu fenomena alam yang sering terjadi atau sedang hangat dibicarakan selain pemanasan global. Hujan Asam ini juga memiliki banyak dampak negatif bagi kelangsungan hidup suatu organisme. Bagaimanakah terjadinya hujan asam itu ?

Hujan Asam terjadi juga karena adanya faktor manusia dalam hal ini yang tidak memiliki sikap ramah terhadap lingkungan. Hujan Asam ini disebabkan karena gas – gas buangan atau limbah yang berbentuk gas yang dikeluarkan oleh pabrik – pabrik atau industri baik itu berskala kecil ataupun berskala besar. Gas buangan atau asap pabrik ini mengandung sejumlah zat kimia yang dapat menyebabkan terjadinya hujan asam. Senyawa itu adalah NO2 (Nitrogen Dioksida) dan NO (Nitrogen Oksida). Kedua senyawa ini ada yang berbentuk gas atau ada juga yang masih berbentuk setengah padatan ketika dikeluarkan atau berada di udara. Asap dari pabrik – pabrik inilah selain menimbulkan polusi udara juga menimbulkan hujan asam.
Hujan Asam yang tidak terjadi pada satu tempat saja, disebabkan juga karena faktor alam itu sendiri yaitu angin atau udara yang bergerak. Hujan Asam yang terjadi pada satu tempat saja dapat pula terjadi di tempat lain karena hembusan angin, sama halnya dengan terjadinya proses turunnya air hujan (presipitasi) di berbagai tempat yang juga karena faktor angin. Tetapi pada umumnya hujan asam ini terjadi di kota – kota besar atau daerah perindustrian. Di daerah pegunungan juga dapat terjadi hujan asam, tetapi zat – zat yang berbahaya itu ( NO dan NO2 ) diserap oleh tumbuhan dan dijadikan sebagai salah satu bahan untuk melakukan Siklus Nitrogen.
Hujan Asam ini memiliki beberapa dampak yang merugikan bagi manusia itu sendiri. antara lain : dapat menyebabkan korosi (perusakan benda – benda yang terbuat logam berat), beberapa tumbuhan kecil dapat mati, dapat menyebabkan sumber mata air menjadi asam airnya sehingga tidak bisa diminum, menimbulkan polusi udara, dsb. Karena banyaknya dampak negatif dari hujan asam itu, sebaiknya gas – gas buangan pada pabrik difilter atau disaring terlebih dahulu.
Melamin oh melamin

KARENA ingin menjadikan seolah kandungan proteinnya tinggi, produk susu di China dicampuri melamin. Tidak tanggung-tanggung, sekurangnya empat bayi meninggal dunia dan sampai hari ini sudah lebih dari 13.000 bayi harus dirawat.

Sebenarnya kasus yang mirip pernah terjadi secara luas tahun lalu akibat pengoplosan melamin ke dalam makanan hewan dari China. Akibatnya, ratusan anjing dan kucing mati serta ribuan lainnya menderita gagal ginjal.

Apakah melamin itu? Samakah dengan melamin yang dipakai untuk peralatan makan kita? Apakah bahayanya? Pelajaran apa yang dapat ditarik dari kasus ini? Tulisan singkat berikut akan mencoba memberikan jawaban atas hal-hal itu.

Beda dengan perkakas

Melamin yang dipermasalahkan adalah senyawa organik bersifat basa dengan rumus C3H6N6, kandungan nitrogennya sampai 66 persen, biasa didapat sebagai kristal putih. Melamin biasanya digunakan untuk membuat plastik, lem, dan pupuk.

Plastik dari melamin, karena sifat tahan panasnya, digunakan luas untuk perkakas dapur. Jadi, melamin yang kini diributkan berbeda dengan melamin plastik perkakas. Melamin yang diributkan ini adalah bahan dasar plastik melamin.

Berdasarkan informasi di situs WHO, pencampuran melamin pada susu berawal dari tindakan pengoplosan susu dengan air. Akibat pengenceran ini, kandungan protein susu turun. Karena pabrik berbahan baku susu biasanya mengecek kandungan protein melalui penentuan kandungan nitrogen, penambahan melamin dimaksudkan untuk mengelabui pengecekan agar susu encer tadi dikategorikan normal kandungan proteinnya.

Data keamanan melamin

Penambahan melamin ke makanan tidak diperbolehkan oleh otoritas pengawas makanan negara mana pun. Walaupun seperti diberitakan Kompas, studi tentang efek konsumsi melamin pada manusia belum ada, hasil ekstrapolasi dari studi pada hewan dapat digunakan untuk memperkirakan efek pada manusia.

Hal itu telah tampak bila melamin bergabung dengan asam sianurat (yang biasa juga terdapat sebagai pengotor melamin) akan terbentuk kristal yang dapat menjadi batu ginjal. Batu ginjal ini telah tampak pada hewan-hewan korban kasus pengoplosan melamin tahun lalu. Batu ginjal inilah yang dapat menyumbat saluran kecil di ginjal yang kemudian dapat menghentikan produksi urine, gagal ginjal, bahkan kematian.

Telah diketahui juga bahwa melamin bersifat karsinogen pada hewan. Gejala yang diamati akibat kontaminasi melamin terdapat pada darah di urine, produksi urine yang sedikit, atau sama sekali tidak dihasilkan, tanda-tanda infeksi ginjal, dan tekanan darah tinggi.

Melamin memang tidak dapat dimetabolisme oleh tubuh. Data keselamatan menyatakan, senyawa ini memiliki toksisitas akut rendah LD50 di tikus, yaitu 3.161 mg per kg berat badan. Pada studi dengan menggunakan hewan memang dikonfirmasi, asupan melamin murni yang tinggi mengakibatkan inflamasi kandung kemih dan pembentukan batu kandung kemih.

Food and Drugs Administration (Badan Makanan dan Obat) Amerika Serikat menyatakan, asupan harian yang dapat ditoleransi (tolerable daily intake/TDI) melamin adalah 0,63 mg per kg berat badan. Pada masyarakat Eropa, otoritas pengawas makanannya mengeset standar yang lebih rendah, yaitu 0,5 mg per kg berat badan.

Seberapa parah kontaminasi yang terjadi? Dari inspeksi yang dilakukan di China, dari 491 batch (kelompok) yang dites, 69 di antaranya positif mengandung melamin, berkisar dari 0,09 mg per kg susu sampai 619 mg per kg susu. Bahkan ada yang mencapai 2.563 mg per kg.

Dengan konsumsi susu formula per kg berat badan bayi sekitar 140 g sehari, kalau bayi mengonsumsi susu yang terkontaminasi akan menerima asupan melamin 0,013-86,7 mg per kg berat badannya. Bahkan, kalau mengonsumsi susu yang terkontaminasi 2.563 mg melamin per kg susu, dapat mencapai asupan 358,8 mg per kg berat badannya. Jauh melampaui batas toleransinya!

Pelajaran

Kasus ini memberi kita berbagai pelajaran. Pertama, analisis protein dalam makanan dengan metode penentuan nitrogen dalam kasus ini ternyata dapat dikelabui dengan bahan lain yang kandungan nitrogennya tinggi. Padahal, terdapat cara-cara lain untuk analisis protein selain dengan penentuan kandungan nitrogen, yang dalam kasus seperti ini perlu dilakukan.

Kedua, pengetahuan tentang bahaya penggunaan bahan aditif makanan harus diberikan ke semua lini, terlebih yang terlibat dalam produksi makanan. Keinginan mendapat keuntungan lebih besar, yang mungkin dipadukan dengan ketidaktahuan, ternyata berdampak amat besar.

Dalam skala yang berbeda dan melibatkan bahan yang berbeda, di sekitar kita banyak kasus seperti ini, misalnya kasus boraks, formalin, dan sebagainya. Saya yakin ”keuntungan” yang didapat dari tindak seperti ini tidak akan dapat membayar kerugian yang diakibatkannya, apalagi sampai hilangnya nyawa bayi-bayi tak berdosa.