seragam, paksaan atau pilihan?
Beberapa hari yang lalu, para dosen dan karyawan UNS mendapat pembagian bahan seragam biru muda biru tua dari Universitas. Dalam pembagian tersebut juga dilampiri dengan surat bahwa ada larangan untuk tidak dibawa ke penjahit ataupun dijahit sendiri sebelum ada perintah untuk melakukanhnya karena masih menunggu model dan juga logonya. Logo itu apa ya? apakah logo UNS yang dipasang seperti badge atau yang lain kah?. Kemudian di FKIP juga mendapat tambahan bahan putih untuk dosen dan karyawan putri disertai dengan tulisan (seperti badge lokasi saat kita di sekolah) bertuliskan ” FKIP UNS” warnanya ungu. Untuk para dosen dan karyawan pria, pembagiannya berupa hem putih yang di saku kanan sudah melekat tulisan “FKIP UNS” warna ungu juga.
Dari sepenggal ilustrasi di atas mungkin para pembaca yang merupakan sasaran penseragaman tersebut mulai berfikir untuk memakai dan mengikuti arahan atau kewajiban sebagai staff di UNS. Saat ngobrol dengan salah satu dosen putri di FKIP dia cuman bilang “ah enjoy aja” untuk diseragami. Tapi beberapa teman lain justru malah bertanya sebaliknya untuk apa penseragaman tersebut?. Itukah cara kita untuk menunjukkan jati diri dan image? ataukah sebagai salah satu indikator menuju WCU? atau apa?
Dalam salah satu wacana yang pernah saya baca, bahwa seragam memang kadang baik untuk persamaan tetapi kepribadian seseorang malah akan semakin terbelenggu karenanya.
Mohon pendapat teman-teman